Selasa, 15 Mei 2007

Seni Grafis Lebih Berani

Seni grafis tidak terlalu signifikan dalam perkembangannya. Kebanyakan para mahasiswa seni dan pegrafis merasa kesulitan untuk berekspresi menuangkan karya seninya karena keterbatasan tempat dan waktu.

Foto dan Artikel oleh Hendy Adhitya

Apalagi keberadaan studio grafis paling banter hanya milik instansi pendidikan dan individu tertentu. Belum ada studio grafis yang mau menampung dan menerima semua elemen masyarakat untuk belajar dan berproduksi bersama.

Berawal dari permasalahan itulah, Alexander Nawangseto, Arya Pandjalu, Danang Hadi P, Maryanto, Petrus Priya Wicaksana, Ruly Putra Adi, Theresia Agustina Sitompul, dan Doddy Yudhanta memutuskan untuk mendirikan sebuah komunitas dan studio grafis di daerah Minggiran. Studio dan komunitas ini diharapkan dapat menjadi tempat semua lapisan masyarakat berkumpul menjadi satu dan belajar bersama tentang seni grafis.

Komunitas Seni Minggiran sendiri resmi lahir tanggal 1 September 2001 bertepatan dengan pameran bersama di Gelaran Budaya Yogyakarta. Sebelumnya, komunitas ini merupakan babak lanjutan dari Komunitas Red Point (1998) yang sempat bubar. Pendirinya dahulu ialah Petrus dan Anto. Keduanya merupakan seniman grafis lulusan ISI Yogyakarta.

“Kita pilih seni grafis manual karena saat itu -1998 pen.- belum ada di Jogja, baru di Bandung,” ujar Petrus (30). Lebih jauh lagi alasan Petrus memilih seni grafis ini dikarenakan keberadaan seni saat ini kurang daya kreasi.


Ikut Pameran

Seperti halnya sebuah komunitas seni, berbagai macam pameran dan gelaran workshop pernah mereka adakan. Misalnya sewaktu mereka mengadakan pameran Print Making Exhibition di galeri restoran Kedai Kebun Forum (KKF) selama satu bulan mulai dari 22 September hingga 22 Oktober 2004. Sedangkan salah satu workshop yang telah mereka garap ialah workshop terbuka "open studio" di Rumah Seni Cemeti tanggal 19-31 Desember 2006 lalu.

Bermain di area lokal saja tak cukup. Komunitas Seni Minggiran juga pernah mendapat undangan pameran di beberapa negara di dunia. Seperti, Jepang, Finlandia, Bulgaria dan Jerman pernah mereka sambangi.


Pernah Vakum

Berformat open studio grafis –siapa pun bisa belajar bersama pen- perjalanan tahun ke tahun Komunitas Seni Minggiran tak selamanya sukses. Mereka sempat mengalami vakum di tahun 2005. “Kita sempat mengalami capek saat itu, penyebabnya kita sering kerja malam hari. Belum lagi kita harus bekerja dengan menggunakan bahan yang beracun,” kata Petrus.

Usai tahun 2005, Petrus dan kawan-kawan berpikir untuk menggunakan bahan ramah lingkungan dalam memproduksi karya-karya mereka. “Makanya, kita mau membuat studio grafis non-toxic,” tukasnya. “Rencananya dalam waktu dekat ini, kita bakal merealisasikannya,” tambahnya.


Kaya Teknik
 

“Seni grafis ini lebih kaya teknik,” kata Petrus meyakinkan. Kemudian ia menyebutkan teknik-teknik yang biasa dipakai dalam membuat grafis. Pertama, teknik cetak dalam, seperti dry poin, etching, aquatint dan mezotint. Kedua teknik cetak tinggi seperti woodcut, lynocut dan stempel. Ketiga, teknik cetak saring contohnya sablon. Dan keempat, teknik monoprint.

Ambil salah satu contoh, yaitu teknik dry poin dan etsa. Teknik ini memiliki perbedaan pada proses percetakannya. Etsa membutuhkan teknik pengasaman maka dry poin tidak. Media yang dapat dipakai untuk menggoreskan gambar adalah baja dan mika. Jarum untuk menggores pun tak boleh sembarangan.

Setelah digores pada media, gambar yang telah dibuat lalu ditutup dengan tinta. Sedangkan bagian yang tak dibutuhkan tinta dihapus kemudian dipres atau dicetak. Bila hasil kurang memuaskan atau kurang sesuai dengan keinginan maka si pembuat dapat memperbaiki goresannya. Goresan pada mika dan baja ini dapat dicetak kembali untuk memperbanyak karya.


Semua Bisa

Lalu apa saja syarat seseorang untuk masuk menjadi anggota komunitas yang studio grafisnya terletak di Kampung Dukuh MJ 1 No.755A Rt22 /Rw15 Suryodiningratan ini? “Tak ada syarat khusus,” ucap Petrus.

“Semua orang bisa masuk, semua orang bisa bikin karya disini,” lanjutnya. Lebih jauh lagi, para pengunjung yang ingin belajar dan memproduksi sendiri karya mereka, akan didampingi dengan senang hati oleh kawan Komunitas Seni Minggiran.

Baginya, yang paling penting dalam berseni ialah keberanian. Jangan pernah takut salah. Entah orang itu pakar atau awam sekali pun dalam memahami seni grafis manual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar